Terkadang, bukan sekadar kata-kata, yang buat kalimat bermakna, namun sebuah koma.
de crap-scratch in a batch
menggubah coret-coret sampah
Monday, January 23, 2017
Wednesday, March 25, 2015
de-writings: The Riddle
London Eye photo credit to 5Martyn5 at lumixgexperience.panasonic.co.uk
Missandei photo credit to HBO
Thursday, January 8, 2015
Bukan Makanan Ikan
pengeras suara mulai berbunyi
tekanan udara menyesak
alat bantuan pernapasan menyeruak
Kanan Kiri, terlihat sibuk
komat-kamit doa sambil terduduk
denyut jantung jangan ditanya
dag-dig-dug darah terpompa
Pecah
Ingatan lama banyak muncul
Yang mengaku atheis pun menyebut nama Tuhan
Air laut mendesak masuk
pekat terasa hingga ke rusuk
Bukan! Kami bukan makanan ikan
Bahkan, jangan hanya selamatkan badan
Keluarga kami di rumah tidak butuh publikasi
berlebihan berita pagi-sore tanpa henti
Bukan! Kami bukan makanan ikan
Apalagi makanan media dan wartawan
Jangan jadi bahan amarah menteri
Lebih baik urusi air mata keluarga kami
Kurniawan Wahyu I
Jakarta, 08 Januari 2015
Didedikasikan untuk Para Korban Air Asia QZ8501
Friday, December 5, 2014
de speak: Di Mana atau Dimana?
Tergelitik dari pengalaman pribadi penulis: ada rekan kerja yang membuat Meeting Plan Summary (MPS) untuk perjalanan dinas menteri. Dia menuliskan kata "Dimana..." sebagai sebuah judul sub-konten dari MPS tersebut. Seketika saya memberikan komentar mengenai hal tersebut yang berujung perdebatan.
Jujur, sekarang saya lebih malas berdebat dibandingkan dengan saya dulu. Kalo dulu, ada yang ngajak debat dan saya merasa benar, saya pasti akan meladeni sampai tuntas. Tapi sekarang masih mikir-mikir, apakah hasil dari perdebatan itu sepadan dengan energi yang dikeluarkan.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, akan saya uraikan penjelasan saya:
"Di" mempunyai dua fungsi, yang sering menyebabkan salah kaprah dalam penulisannya, yaitu:
1. "Di" sebagai awalan, imbuhan yang diletakkan di awal kata. "Di" di sini menunjukkan kata pasif, contohnya: dipuji, dihormati, diwawancarai, dilakukan, dipenjara, dan lain-lain.
2. "Di" sebagai preposisi atau kata depan. Kata "di" di sini menunjukkan tempat, contohnya: di Bogor, di rumah, di kantor, di penjara, dan lain-lain.
Ada cara yang mudah untuk membedakan keduanya. Seperti keterangan di atas, "di" sebagai awalan merupakan kata pasif. Jadi untuk membedakannya cukup ganti awalan "di" dengan "me". Apabila kata tersebut mempunyai arti, maka "di" dalam kalimat itu adalah awalan. Jika tidak, maka "di" dalam kalimat tersebut adalah preposisi. Simpel, kan?
Nah, sekarang kembali ke persoalan, apakah kata "dimana" dapat diubah menjadi aktif dengan mengganti "di" dengan "me"?
Catatan:
Ada yang sadar nggak kalo di contoh tadi ada yang hampir mirip? Yap, kata "di penjara" dan "dipenjara". Keduanya benar dan dapat dituliskan di dalam kalimat, tergantung kalimat dan maksud kata dalam kalimat tersebut. Apakah kata "penjara" sebagai penunjuk tempat atau kata kerja?
Thursday, December 4, 2014
de speak: Berbahasa Benar
Ini adalah lanjutan dari seri berbahasa yang direncanakan sejak lama hadir di blog ini. Seperti di laman blog saya yang sebelumnya tentang bahasa, di sini, semua orang berbahasa bermula dari kesalahan. Agar tidak melulu salah, saya berinisiatif untuk membuat tulisan ini.
Seperti gambar di atas: Do not correct a fool, or he will hate you; correct a wise man, and he will appreciate you. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengoreksi orang yang berbesar hati memperbaiki kesalahan sendiri sambil nantinya dapat mengoreksi orang lain.
Ada yang sudah bisa menebak apa kesalahannya?
Ini kesalahan yang umum terjadi, apalagi di Indonesia.
1. Penggunaan to be yang salah, sehingga mengubah makna. Kalo diartikan, tulisan "We were offers some serious satisfaction to you" berarti "dulu kami menawarkan kepuasan" sekarang udah nggak :D. Seharusnya "We are offering..."
2. Ini kesalahan minor sih, tapi sering.. "Discover our five selection of steak". Kalo jamak (plural) kan harusnya "Discover our five selections of steak.
Demikian sedikit koreksi untuk teman-teman di hotel *******, semoga ikut baca, hehe..
Salah itu manusiawi, tapi salah berulang itu keledaiwi *maksa.
Semangat berbahasa benar!
Friday, November 28, 2014
Basah.
hujan
satu kata banyak rintikan
kumpulan tetes air
jatuh dari rombongan awan
wanginya meninggalkan kenangan
campuran bau air dan tanah
bagaimana bisa lupa
Lihat anak kecil
berlarian di tengah hujan
kita kapan
tanpa harus tanggalkan pakaian
tanpa harus tutup kepala
biarkan
banyak yang benci hujan
sebabkan banjir katanya
saatnya bertanya
itu salah siapa
marilah berdua
berlarian di tengah hujan
kapan-kapan
tanpa harus tanggalkan pakaian
tanpa harus tutup kepala
biarkan.
Kurniawan Wahyu
03/05/2014
Wednesday, October 22, 2014
de speak: Smartphones. Dumb Users.
Hello World!
Menulis postingan kali ini hampir seperti masa mengandung dan melahirkan bayi manusia. Tepat 8 bulan sejak postingan terakhir di blog ini.
Postingan kali ini membahas sesuatu yang seharusnya semua yang melek Internet tahu, Media Sosial atau di bahasa aslinya Social Media.
Sebelum menuju topik utama, ada setidaknya dua hal menarik yang terjadi ketika penulisan postingan ini:
1. Sebelum masuk ke halaman editor blog ini, terlihat postingan bertema serupa dari AngsaJenius di kolom reading list berjudul SOCMED, KEPLESET PAMER.
2. Lalu melihat daftar postingan sendiri, ternyata ada draft postingan yang belum diterbitkan, tertanggal 26 Februari 2014 yang isinya sebagai berikut:
Ternyata keinginan untuk menulis mengenai media sosial ini sudah lama ada di kepala! Kemudian DHUARR! Seakan seluruh alam semesta ini ikut mendukung.
Nah, lanjut dari draft yang terlupa, nih. Siapa sih yang sekarang tidak punya akun Facebook atau Twitter? Kemunculan internet di Indonesia pada awal 90-an hingga berjamurnya penggunaan media sosial pada dekade ini ternyata punya banyak efek. Menurut opini saya (saya bilang opini karena belum didukung riset yang mendalam, hanya dapat dirasakan secara kasat mata), beberapa efek positifnya:
- Ekonomi bertumbuh lebih cepat.
- Adanya kemudahan menerima informasi bahkan dari tempat yang sangat jauh berbeda.
- Sesuatu SANGAT MUDAH dicari di internet: dari penjelasan mengenai Teori Relativitas milik Albert Einstein hingga cara membuat sayur lodeh bisa didapat di internet.
Nah, Internet ini sangat berkembang didukung juga dengan perkembangan teknologi Smartphone (ponsel pintar) dengan berbagai merek dan berbagai sistem operasi yang digunakan. Orang dengan sangat mudah mencapai internet di mana saja, kapan saja. Sayangnya hal ini menjadikan beberapa hal berkembang ke arah negatif. Beberapa yang bisa saya tangkap sebagai berikut:
1. Budaya pamer
2. Budaya serba-instan
3. Budaya mencela
4. Budaya cyber-bullying
5. Budaya tanpa tabayyun
6. Opini mengalahkan fakta
Efek ini sangat bahaya! Sekarang, sebuah isu yang menjadi trending topic di Twitter kemudian menjadi sebuah kebenaran. Banyak dibicarakan menjadi banyak dipercaya.
Padahal, media sosial bisa jadi merupakan sebuah hasil rekayasa.
Buat yang mau tahu tentang hal-hal bodoh yang kemudian kita lakukan sejak adanya smartphone bisa cek link ini.
*kretek-kretek* *ngulet 'dikit*
Cukup lelah membuat postingan ini ternyata, setelah sekian lama tidak menulis.
Hehehe.
Buat pembaca, terima kasih sudah membaca opini yang melip ini.
Friday, February 21, 2014
de speak: the way to say.
Thursday, February 20, 2014
de crap: the blogger, the new beginning
2014 merupakan tahun kuda katanya. But the beginning of this year is not a good start. Kemungkinan memang seperti Kuda, tapi yang mesin diesel, jadi panas di akhir. :D
Eh, by the way, ini postingan pertama setelah sekian tahun, yap SEKIAN TAHUN, tidak posting di blog ini maupun di blog yang lain.
Ide menulis lagi muncul dari beberapa inspirasi, dari mulai membaca buku mengenai Timnas U-19 yang lagi hot-hotnya, sampai yang terakhir adalah baca blog si AngsaJenius dan dilanjutkan dengan obrolan melalui layanan pesan di sebuah socmed ke sang blogger. Obrolan tersebut menghasilkan aura yang sangat positif, semangat menulis lagi, bahkan ide untuk bikin joint post.
Sehubungan dengan kalimat yang pertama di atas itu, hehehe, yes, it has ended. Another reason to move up and move on.
p.s.: postingan ini disertai keinginan si blogger buat konsisten menulis paling tidak dua kali seminggu.
Tuesday, December 28, 2010
de story: the pace is too fast, my friend.
pekan ini adalah pekan UAS
pekan di mana mahasiswa harus belajar dan mempertaruhkan hasil kuliah dalam satu semester ke dalam sebuah bentuk ujian tertulis di akhir semester
belajar itu sebuah keharusan jika mahasiswa tersebut menginginkan nilai yang baik pada mata kuliah yang diikutinya
ceritanya: saya adalah seorang mahasiswa
semester ini saya hanya mengambil 2 mata kuliah: tata tulis dan komunikasi ilmiah (TA 1) dan tugas akhir (TA 2)
ya, tugas akhir
di mata kuliah yang disebutkan pertama, saya telah mengambilnya kira2 2 semester yang lalu. saya mengambil kembali mata kuliah ini bukan untuk memperdalam pengetahuan saya, tetapi karena adanya peraturan yang mengharuskan mahasiswa mengambil kembali kuliah ini jika setelah dua semester masih belum mengikuti seminar proposal, maka harus mengambil kembali mata kuliah ini.
singkat cerita: karena sudah pernah mengambil maka saya tidak pernah mengikuti kuliahnya sama sekali.
sebenarnya oleh sang dosen diperbolehkan, namun akibatnya adalah banyak perkembangan dan perubahan yang sama sekali tidak diketahui oleh saya.
pertama: harus ikut UTS lagi dan saya TIDAK IKUT dan harus mengikuti susulan UTS agar nilai TA 1 bisa keluar
kedua: ada UAS juga!!
di poin kedua inilah yang akan ceritakan sekarang
ceritanya, hanya ada dua orang yang ga ikut UTS dan harus ikut susulan, saya dan teman saya, sebut saja Bunga (22 tahun)
saya dijanjikan oleh bunga untuk mengurus uts susulan bareng, dengan keadaan saya masih juga belum tahu bahwa ada uas juga
sebelum uas, si bunga ini sudah saya hubungi lewat fesbuknya, menanyakan hal tentang susulan itu. dia menjawab, "oh nanti aja, setelah natal kita urus." dia emang beragama nasrani.
sampai tadi malam, saya lihat chatting fesbuknya online. lalu kutekan tombol untuk memulai percakapan itu.
eh ternyata orangnya udah offline
malam semakin larut, dengan keadaan santai tanpa beban uas, saya melakukan apa yang biasa saya lakukan di lab (bukan yang aneh2 yaa...) termasuk chatting fesbuk dengan junior saya di sma
sampai jam 3 pagi, kulihat ibu pertiwi, eh, bukan, kulihat lagi ternyata si bunga ini online lagi
langsung kutekan tombol chatting, dan kemudian terjadilah percakapan itu...
saya (C): oioi
C: hah?? (dengan sangat syokk!)
B: kan klo uts susulan abis uas
begitulah sodara-sodara
uas mulai jam setengah delapan
baru tau jam tiga pagi
belum belajar
hoahemm... 'O'
selamat pagi
selamat tidur...